Laman

Rabu, 11 Agustus 2010

mkroba yang merugikan dari Jamur,Bakteri,Maupun virus

VIRUS PADA TANAMAN TOMAT
(TOBACCO MOSAIC VIRUS)

Tobacco Mosaic Virus (TMV) adalah virus yang menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) lain. Gejala yang ditimbulkan adalah bercak-bercak kuning pada daun yang menyebar seperti mosaik. Virus ini tidak hanya menyerang tanaman tembakau melainkan juga menyerang tanaman lain sepertihalnya tanaman tomat. Tomat, adalah salah satu tanaman yang rentan terkena penyakit yang diakibatkan oleh serangan virus. Karenanya virus termasuk salah satu penyakit penting atau utama yang menyerang taaman tomat. Hampir semua tomat yang ada saat ini belum ada yang memiliki daya tahan kuat bila sudah terserang. Selama ini, penyakit virus yang dominan dan seringkali menyerang tanaman tomat adalah.
Namun, ternyata tidak hanya TMV saja yang menyerang melainkan ada lebih dari 18 jenis virus yang kini menyerang tanaman tomat. Bahkan mungkin jumlah itu bisa bertambah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan penyakit virus dapat menyebabkan kehilangan produksi . Kehadiran TMV yang berat dapat menekan produktifitas hingga 0,2 sampai 50% tergantung varietas (Duriat,1979).

Mekanisme Virus Menyerang Tomat
Virus akan menjadi benda mati bila berada di luar jaringan hidup , namun virus bisa begitu stabil berada di luar inangnya sehingga dengan mudah dapat bertahan disana. Kalau virus mulai mencapai permukaan jaringan tumbuhan atau yang disebut dengan kontaminasi, maka partikel virus kemudian masuk ke dalam tumbuhan melalui luka. Sekali virus masuk ke dalam jaringan inangnya, maka akan mengakibatkan perubahan fungsi. Perubahan fungsi tersebut tidak lain disebabkan oleh terhambatnya sintesa protein dan RNA tanaman inang untuk menjadi nukleaotides, asam amino dan ribosom bebas yang dialihkan untuk menjadi.
Gejala yang timbul akibat terserang virus
Cukup banyak ciri /gejala yang menunjukkan suatu tanaman terserang virus. Gejala serangan virus itu sendiri sangat tergantung pada jenis virus yang menyerang, kultivar tanaman inang, dan keadaan lingkungan. Secara umum gejala tanaman tomat yang terserang virus diantaranya adalah
1. Mosaik
Mosaik ini ditandai dengan warna belang pencampuran lebih dari satu warna. Mosaik pada daun biasanya berupa daun hijau yang tidak merata karena dibeberapa bagian tercampur warna pucat atau kekuning-kuningan yang menyebar seperti percikan. Sedangkan Lucas (1996) dalam kamus istilah patologi tanaman mengungkapkan bahwa Mosaik adalah gejala daun yang memperlihatkan banyak daerah kecil berubah warna, yang kontras dengan warna asalnya dan cenderung berupa lingkaran terang seperti cincin. Pola bagian hijau yang bersiku kontras dengan warna kuning; daerah yang dikelilingi cincin klorotik yang memberikan mosaik kuning di atas warna hijau. Bila daerah warna yang berbeda menyatu, akan menghasilkan gejala belang. TMV dan CMV merupakan contoh penyakit yang memiliki gejala seperti ini.

Nekrosis
Nekrosis yaitu kematian jaringan yang bisa terjadi pada urat daun, pada batang berupa garis-garis coklat, berupa bercak pada daun dan buah serta kematian pada titik tumbuh.
2. Kerdil
Kerdil pada tomat ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat, ukuran lebih kecil baik pada morfologi tanaman, daun, cabang ataupun buah.

4. Malformasi
Yaitu terjadi perubahan bentuk menjaditidak smepurna atau tidak normal. Sering terjadi pada daun atau buah.
5. Klorosis
Warna pucat, baik pucat yang menyeluruh ataupun hanya berupa bercak saja Vein clearing yaitu warna pucat pada urat daun sehingga urat daun kelihatan transparan, mengkilat diantara warna daun yang hijau.  
6. Rugose
Permukaan daun tidak rata disebabkan karena pertumbuha urat daun tidak sebanding dengan pertumbuhan helaian daun, sehingga daun akan terlihat tidak rata dengan permukaan yang benjol-benjol. 
PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI
Penyakit hawar daun bakteri merupakan penyakit yang tersebar luas di pertanaman padi sawah dan bisa menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit ini pada umumnya terjadi pada musim hujan atau lembab >75%, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang dengan pemupukan N yang tinggi. Hawar daun bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye. yang dapat menginfeksi tanaman padi pada berbagai stadium pertumbuhan.
Klasifikasi Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye.
Menurut Ferdiaz (1992) dalam Triny S. Kadir, Satoto dan Inastuti A. Rumanti (2006), klasifikasi Xanthomonas adalah sebagai berikut:
Phylum : Prokaryota
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Spesies : Xanthomonas campestris pv. Oryzae
Morfologi Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye.
Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye. berbentuk batang pendek berukuran (1-2) x (0,8-1) m , di ujungnya mempunyai satu flagela polar yang berukuran 6-8 m dan berfungsi sebagai alat bergerak. Bakteri ini bersifat aerob, gram negatif dan tidak membentuk spora. Di atas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin (Machmud, 1991; Semangun, 2001; Triny dkk., 2006).
Gejala Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri
Penyakit hawar bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka, (2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat (Singh, 1980; Machmud, 1991; Triny dkk., 2006).

Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terdapat pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan. Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan, selanjutnya seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Seringkali bila air irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai ke permukaan air dan menjadi busuk (Anonim, 1989).
Menurut Machmud (1991), pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini, gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun, bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering. Pada pagi hari atau cuaca lembab, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan bercak berupa cairan berwarna kuning menempel pada permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin, gesekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri
Kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas. Ketahanan disebabkan karena: 1. Bakteri terhambat penetrasinya, 2. Bakteri tidak dapat meluas secara sistemik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung terhadap bakteri (Lozano dan Sequeira, 1974 dalam Semangun, 2001). Menurut Maraite dan Weyns (1979) dalam Semangun (2001), penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonas dibantu juga oleh hujan, karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim hujan, menjelang musim kemarau. Suhu optimum untuk perkembangan Xanthomonas adalah sekitar 300C.
Kerugian Akibat Penyakit Hawar Daun Bakteri
Kerugian hasil padi di Jepang yang diakibatkan oleh penyakit hawar daun bakteri setiap tahunnya mencapai 30% bahkan lebih. Di India penyakit ini juga merupakan kendala utama produksi padi, berjuta-juta hektar sawah tiap tahun terserang penyakit tersebut dengan kerugian bervariasi antara 20-60% (Singh, 1980).
Di daerah tropis seperti Indonesia dan Filipina, penyakit ini juga sangat merugikan meskipun besar kerugian kurang diketahui secara pasti. Di Indonesia kerugian akibat penyakit ini diperkirakan berkisar antara 15-25% tiap tahun. Kerusakan berat terjadi bila penyakit ini menyerang tanaman muda yang peka, sehingga menimbulkan gejala kresek dan kemudian tanaman mati (Machmud, 1991).
Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara terpadu, mengingat berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini di lapangan, misalnya keadaan tanah, pengairan, pemupukan, kelembaban, suhu dan ketahanan varietas padi yang ditanam. Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencakup penanaman varietas yang tahan, pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air, jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.
Upaya pengendalian untuk mengatasi penyakit ini yaitu dengan melakukan beberapa hal :
1. Perbaikan cara bercocok tanam, melalui:
 Pengolahan tanah secara optimal
 Pengaturan pola tanam dan waktu tanam serempak dalam satu hamparan
 Pergiliran tanam dan varietas tahan
 Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat
 Pengaturan jarak tanam
 Pemupukan berimbang (N,P, K dan unsur mikro) sesuai dengan fase pertumbuhan dan musim
 Pengaturan sistem pengairan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
2. Sanitasi lingkungan
3. Pemanfaatan agensia hayati Corynebacterium
4. Penyemprotan bakterisida anjuran yang efektif dan diizinkan secara bijaksana berdasarkan hasil pengamatan.


Jamur Upas (Pink disease) YANG MENYERANG TANAMAN PERKEBUNAN
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Penyebab : Corticium salmonicolor Berk. & Br.
Gejala Timbul gejala batang atau ranting yang dilapisi benang-benang mengkilap seperti sarang laba-laba (stadium membenang) berwarna merah muda. Perkembangan selanjutnya jamur masuk dalam kulit menyebabkan kulit membusuk. Terdapat bintil-bintil spora jamur (stadium membintil). Pada tahap ini biasanya menyebabkan daun-daun menjadi gugur, ranting dan cabang terserang dapat mengalami kematian. Pada stadium lebih parah menyebabkan permukaan kulit terserang yang berwarna merah jambu (stadium kortisium) berubah menjadi abu-abu. Lapisan miselium membentuk bercak-bercak tak beraturan seperti kerak (stadium nekator).
Bioekologi Kelembaban dan cahaya yang kurang pada percabangan tanaman mendorong perkembangan penyakit. Patogen masuk dengan penetrasi langsung. Penyebaran terjadi karena kelembaban yang tinggi pada ranting, adanya percikan air, pengairan atau hujan.
Pengendalian Upayakan agar cahaya dapat masuk secara sempurna ke seluruh bagian tanaman. Apabila kanopi tanaman telah bertautan sebaiknya dipangkas. Bagian tanaman yang sakit segera dibuang dengan cara dipotong pada batas 5 cm dari bagian sakit, kemudian luka ditutup dengan bahan penutup luka (parafin). Potongan tanaman yang sakit segera dibakar. Bagian sakit yang belum parah stadiumnya dapat diobati dengan pengerokan, kemudian dilabur dengan fungisida dengan bahan aktif Copper atau bubur California.


PENYAKIT JAMUR UPAS (Corticium salmonicolor) PADA TANAMAN KARET
Penyakit jamur upas merupakan penyakit penting pada tanaman karet, karena dapat menyebabkan kerusakan pada batang/ranting tanaman sehingga mempengaruhi produksi lateks. Jamur upas dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM). Penyakit ini lebih berbahaya bila menyerang TBM dan TM dibandingkan dengan tanaman tua. Pada TBM, jamur dapat mematikan batang atau cabang yang menyebabkan tajuk tanaman kurang berkembang, sehingga tanaman lambat disadap. Serangan jamur pada tanaman tua terjadi pada ranting, jarang terjadi pada batang atau cabang, karena pada bagian kulit batang atau cabang telah terbentuk lapisan gabus. Penyakit tersebut banyak menyerang tanaman pada kebun yang lembab dan kurang sinar matahari. Klon-klon yang tajuknya rindang relatif rentan terhadap jamur upas.
Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit jamur upas adalah Corticium salmonicolor. Nama lain dari jamur tersebut adalah Upasia salmonicolor, Pellicularia salmonicolor, Phanerochaete salmonicolor dan Botryobasidium salmonicolor.

Gejala Serangan
Jamur upas timbul pada batang atau cabang yang kulitnya sudah berwarna coklat, tetapi belum membentuk lapisan gabus yang tebal. Umumnya jamur mulai berkembang dari pangkal batang atau sisi bawah cabang. Karena disini keadaannya lebih lembab dari pada di bagian lain. Gejala awal ditandai dengan adanya benang-benang halus yang mirip sarang laba-laba pada bagian tanaman yang terserang. Kemudian patogen membentuk kumpulan hifa yang dilanjutkan dengan pembentukan kerak berwarna merah jambu. Pada tahap ini kulit dan kayu yang ada dibawahnya telah membusuk. Untuk mengimbangi kerusakan tersebut, biasanya pada jaringan yang masih sehat tumbuh tunas-tunas baru dan jaringan kulit yang terinfeksi mengeluarkan lateks. Lateks meleleh pada cabang atau batang yang kemudian mengering tampak seperti garis-garis hitam. Menurut perkembangannya gejala tersebut dapat dibagi 4 (empat) stadium:
a. Stadium Rumah Laba-Laba
Pada tingkat ini, jamur membentuk lapisan tipis miselia yang mengkilat seperti sutera. Pada stadia ini jamur belum menembus jaringan kulit.
b. Stadium membintil
Sebelum masuk ke jaringan kulit, jamur membentuk kumpulan hifa yang
mempunyai bintil. Hal ini sering terjadi di depan lenti sel.
c. Stadium Kortisium
Pada tingkat ini jamur membentuk kerak berwarna merah jambu. Kulit di bawah kerak merak jambu ini telah membusuk. Kerak ini merupakan lapisan basidium yang membentuk basidiospora.
d. Stadium Nekator
Kulit kayu dibawah kerak kortisium menjadi busuk dan bila jamur berkembang terus, maka akan terbentuklagh piknidia yang berwarna merah tua yang biasanya terjadi pada sisi yang agak kering, misalnya pada sisi atas cabang. Pada stadium ini, didalam piknidium jamur membentuk spora yang lain yaitu konidium. Piknidia inilah yang disebut Nekator yang umumnya terdapat pada batang atau cabang yang sudah mati. Pada tingkat yang lebih lanjut daun-daun pada batang atau cabang yang sakit menjadi layu dan mengering. Kuncup-kuncup tidur di bawah bagian yang terserang berkembang menjqdi tunas dan akhirnya tanaman karet menjadi mati.
Cara Berkembang dan Penyebaran Penyakit
Penyakit ini dapat berkembang dengan cepat bila keadaan kebun lembab dan kurang sinar matahari. Cara penyebaran penyakit melalui spora jamur yang terbawa oleh angin dan percikan air. Cortisium salmonicolor merupakan jamur yang cosmopolite (inangnya banyak) meliputi kurang lebih 140 jenis tanaman antara lain karet, jeruk, durian, belimbing, nangka, crotalaria, lada, kopi, cempedak, dan lain-lain.